Disusun
Oleh :
Nama :
Berlian Nur
NIM :
1005015014
Kelas :
Reguler Pagi A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARWAN
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tumbuhan
secara umum dibagi menjadi sua tingkat yaitu tumbuhan tingkat rendah dan
tumbuhantingkat tinggi. Dianggap tumbuhan tingkat rendah karena bagian-bagian
dari tumbuan tersebut tidak sejati contohnya pada alga, stipe dan
bladenya tidak dapat di bedakan dan tidak berpembuluh. Dan dianggap
sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah jelas mempunyai kormus dan dapat
di bedakan antara akar dan batangnya.
Namun ada
tumbuhan yang termasuk tumbuhan tingkat rendah dan masuk pula pada tumbuhan
tingkat tinggi, tumbuhan ini digolongkan tumbuhan tingkat rendah karena
meskipun tubuhnya secara jelas mempunyai kormus serta mempunyai sistem pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan utamanya adalah
spora. Jadi bila di dasarkan pada macam alat perkembangbiakannya maka tumbuhan
berspora tergolong tumbuhan tingkat rendah, namun apabila di dasarkan atas ada
atau tidaknya sistem pembuluh tumbuhan paku tergolong tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan
paku-pakuan (Pterodophyta) merupakan tumbuhan tingkat rendah yang memliki
karakteristik dan keunikan tersendiri dibandingkan organisme/tumbuhan lainnya.
Selain itu, terdapat cukup banyak spesies pada divisi Pterodhophyta, yang
kesemuannya turut memiliki peranan tersendiri dalam ekosistem, bahkan dapat
dimanfatkan bagi manusia sebagai bahan baku pembuatan barang kerajinan,
dimanfaatkan sebagai tanaman hias yang memiliki nilai estetika, dan lain
sebagainya. Hal tersebut dapat menjadi mudah, tatkala manusia (masyarakat)
mengenali jenis-jenis tumbuhan paku tersebut. Maka dari itu penting sekali bagi
kita untuk mengetahui lebih dalam lagi tumbuhan paku atau pteridophyta
serta meng identifikasi secara langsung serta mengetahui habitat maupun
deskripsi dari bagian-bagian tumbuhan paku itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta) sebagai
tumbuhan tingkat rendah?
2.
Apa saja spesies yang termasuk dalam divisi (Pteridophyta) ?
3.
Apa saja manfaat tumbuhan paku (Pteridophyta) bagi kehidupan?
C.
Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan karakteristik tumbuhan paku (Pteridophyta).
2. Untuk mengetahui spesies
yang termasuk dalam divisi Pteridophyta
3. Mengetahui maanfaat tumbuhan
paku (Pteridophyta) bagi kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tumbuhan paku atau Pterydophyta tergolong tumbuhan Kormophyta
karena sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan paku memiliki
cara hidup yang bemacam-macam, ada yang saprofit, epifit, hidup di tanah, atau
di air. Tumbuhan ini juga mengalami metagenesis seperti lumut tetapi bebeda
pada fase yang dominan. Pada tumbuhan paku fase yang lebih dominan adalah pada
fase sporofit dibandingkan dengan gametofit sehingga tumbuhan paku yang kita
lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.
Pada umumnya, tumbuhan paku banyak hidup pada tempat lembap
sehingga disebut sebagai tanaman higrofit. Pada hutan-hutan tropik dan
subtropik, tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan tanah,
tersebar mulai dari tepi pantai sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang
hidup di sekitar kawah gunung berapi. Tumbuhan paku (atau paku-pakuan, Pteridophyta
atau Filicophyta), adalah satu divisio
tumbuhan yang telah memiliki sistem pembuluh sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan
biji untuk reproduksinya.
Alih-alih biji, kelompok tumbuhan ini masih menggunakan spora sebagai alat perbanyakan
generatifnya, sama seperti lumut dan fungi. Tumbuhan paku tersebar di seluruh bagian
dunia, kecuali daerah bersalju abadi dan daerah kering (gurun). Total spesies
yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia), sebagian besar
tumbuh di daerah tropika basah yang lembab. Tumbuhan ini cenderung tidak tahan
dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman
Karbon, yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai
hutan-hutan di bumi. Serasah hutan tumbuhan pada zaman ini yang memfosil
sekarang ditambang orang sebagai batu bara.
B. Karakteristik
Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Secara umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:
1.
Lapisan pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ
reproduksi,
2.
Embrio multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,
3.
Lapisan kutikula pada bagian luar tubuh,
4.
Sistem transportasi internal yang berfungsi sebagai
pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah,
5.
Struktur tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan
daun,
6.
Akarnya berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut
dengan ujung dilindungi kaliptra,
7.
Batangnya pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku
tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit
tegak,
8.
Daunnya yang muda umumnya melingkar atau menggulung,
Berdasarkan bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi:
1.
Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak
bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2.
Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai, bertulang daun, dan
bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi dengan baik.
Berdasarkan fungsinya, daun tumbuhan paku dapat dibedakan
menjadi:
1.
Daun tropofil, daun yang khusus sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis,
2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
2. Daun sporofil, daun yang berfungsi sebagai penghasil spora.
Spora dibentuk di dalam sporangium (kotak spora) yang
terkumpul di dalam suatu badan yang disebut sorus yang terletak di bawah
permukaan daun sporofil, berupa bintik-bintik kuning, cokelat, atau cokelat
kehitaman. Swaktu masih muda, sorus dilindungi oleh selaput tipis yang disebut
indisium.
C. Reproduksi Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Reproduksi tumbuhan paku berlangsung secara metagenesis.
Reproduksi vegetatif dengan spora haploid (n) yang dihasilkan oleh tumbuhan
paku. Jadi, tumbuhan paku merupakan tumbuhan dalam fase sporofit (penghasil
spora). Reproduksi generatif terjadi melalui peleburan antara spermatozoid dan
ovum yang dihasilkan oleh protalium. Jadi, protalium yang berbentuk talus
merupakan fase gametofit (penghasil gamet).
Berdasarkan jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku
dibedakn atas 3 golongan, yaitu:
a.
Paku homospora (isospora), yaitu tumbuhan paku yang hanya
menghasilkan satu macam ukuran spora. Contoh: Lycopodium sternum (paku kawat).
b.
Paku heterospora (anisospora), yaitu tumbuhan paku yang
menghasilkan dua jenis spora yang berlainan yaitu mikrospora (berkelamin jantan
yang berukuran kecil) dan makrospora (spora berkelamin betina yang berukuran
besar). Contohnya adalah Marsilea crenata
(semanggi) dan Selaginella (paku rane)
c.
Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang menghasilkan
spora dengan bentuk dan ukuran sama, tetapi berbeda jenis kelaminnya. Satu
berjenis kelamin jantan dan yang lain berjenis kelamin betina. Contohnya adalah
Equisetum debile (paku ekor kuda).
D. Metagenesis Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Beberapa jenis hewan dan
tumbuhan ada yang mengalami proses metagenesis. Metagenesis adalah proses
pergiliran hidup yaitu antara fase seksual dan aseksual. Hewan dan tumbuhan
yang mengalami metagenesis akan mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase
kehidupan yang bereproduksi secara seksual dan fase kehidupan yang bereproduksi
secara aseksual.
Metagenesis pada tumbuhan
dapat diamati dengan jelas pada tumbuhan tak berbiji (paku dan lumut). Pada
tumbuhan tersebut, pembentukan gamet jantan berlangsung di dalam antheridium
dan gamet betina di dalam arkegonium. Jika gamet jantan membuahi gamet betina,
maka akan terbentuk zigot.
Zigot tumbuh menjadi
individu yang menghasilkan spora. Generasi ini disebut fase vegetatif
(aseksual) atau sporofit. Spora yang jatuh di tempat yang sesuai akan tumbuh
menjadi individu baru yang menghasilkan gamet. Karena menghasilkan gamet, maka
generasi ini disebut fase generatif (seksual) atau gametofit. Demikian
seterusnya terjadi pergiliran keturunan antara fase gametofit dan sporofit.
Tumbuhan lumut yang sering kamu jumpai merupakan fase gametofit.
Sedangkan tumbuhan paku yang kamu lihat sehari-hari merupakan fase sporofit.
Pergiliran keturunan antara fase sporofit dan gametofit itulah yang disebut
metagenesis.
Reproduksi generatif
tumbuhan paku dilakukan melalui peleburan spermatozoid dan ovum. Reproduksi
vegetatifnya dengan membentuk spora. Reproduksi generatif dan reproduksi
vegetatif berlangsung secara bergantian melalui suatu pergiliran keturunan yang
disebut metagenesis. Berikut skema metagenesis pada tumbuhan paku homospora,
heterospora, dan peralihan.
E. Klasifikasi
Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:
Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:
1. Paku Purba (Psilopsida)
Tumbuhan paku purba yang
masih hidup saat ini diperkirakan hanya tinggal 10 spesies sampai 13 spesies
dari dua genus. Paku purba hidup di daerah tropis dan subtropis. Sporofit paku
purba ada yang tidak memiliki akar sejati dan tidak memiliki daun sejati.
Paku purba yang memilki daun pada umumnya berukuran
kecil (mikrofil) dan berbentuk sisik. Batang paku purba bercabang dikotomi
dengan tinggi mencapai 30 cm hingga 1 m. Paku purba juga tidak memiliki
pembuluh pengangkut. Batang paku purba mengandung klorofil sehingga dapat
melakukan fotosintesis. Cabang batang mengandung mikrofil dan sekumpulan
sporangium yang terdapat di sepanjang cabang batang. Sporofil paku purba
menghasilkan satu jenis spora (homospora). Gametofitnya tidak memiliki klorofil
dan mengandung anteridium dan arkegonium. Gametofit paku purba bersimbiosis
dengan jamur untuk memperoleh nutrisi. Contoh tumbuhan paku purba yaitu paku
purba tidak berdaun (Rhynia) dan paku
purba berdaun kecil (Psilotum).
2. Paku Kawat (Lycopsida)
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Schizaeatae
Ordo: Schizaeales
Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas: Pteridopsida
Sub Kelas: Schizaeatae
Ordo: Schizaeales
Famili: Lygodiaceae
Genus: Lygodium
Spesies: Lygodium
scandens (L.) Sw
Paku kawat mencakup 1.000
spesies tumbuhan paku, terutama dari genus Lycopodium
dan Selaginella. Paku kawat banyak
tumbuh di hutan-hutan daerah tropis dan subtropis. Paku kawat menempel di pohon
atau hidup bebas di tanah. Anggota paku kawat memiliki akar, batang, dan daun
sejati. Daun tumbuhan paku kawat berukuran kecil dan tersusun rapat. Sporangium
terdapat pada sporofil yang tersusun membentuk strobilus pada ujung batang.
Strobilus berbentuk kerucut seperti konus pada pinus. Oleh karena itu paku
kawat disebut juga pinus tanah. Pada paku rane (Selaginella) sporangium terdiri dari dua jenis, yaitu
mikrosporangium dan megasporangium. Mikrosporangium terdapat pada mikrosporofil
(daun yang mengandung mikrosporangium). Mikrosporangium menghasilkan mikrospora
yang akan tumbuh menjadi gametofit jantan. Megasporangium terdapat pada megasporofil
(daun yang mengandung megasporangium). Megasporangium menghasilkan megaspora
yang akan tumbuh menjadi gametofit betina.
Gametofit paku kawat berukuran kecil dan tidak
berklorofil. Gametofit memperoleh makanan dari jamur yang bersimbiosis dengannnya.
Gemetofit paku kawat ada yang uniseksual, yaitu mengandung anteridium saja atau
arkegonium saja. Gametofit paku kawat juga ada yang biseksual, yaitu mengandung
anteridium dan arkegonium. Gametofit uniseksual terdapat pada Selaginella. Selaginella merupakan tumbuhan paku heterospora sedangkan gametofit
biseksual terdapat pada Lycopodium.
Lycopodium nummularifolium
Merupakan jenis tumbuhan paku perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah
dan melekat pada batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis.
Dibandingkan dengan kerabat Lycopodium lain yang tumbuh merumpun
(menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal tumbuh menjalar, memanjang
atau menggantung. Batang berbentuk bulat, kecil, keras dan memanjang seperti
kawat (wiry stem). Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada
ujung batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi cabang-cabang
baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga mencapai tanah
dan menjalar membentuk sistem perakaran baru (rhizoma). Rhizoma berakar
adventif merupakan bentuk modifikasi batang yang berfungsi selain sebagai alat
trasport air dan nutrient untuk proses photosintesis, juga sebagai alat perekat
tanaman pada tempat tumbuhnya.
3. Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku ekor kuda saat ini hanya tinggal sekitar 25 spesies dari
satu genus, yaitu Equisetum. Equisetum terutama hidup pada habitat
lembab di daerah subtropis. Equisetum
yang tertinggi hanya mencapai 4,5 m sedangkan rata-rata tinggi Equisetumkurang dari 1 m. Equisetummemiliki akar, batang, dan daun
sejati. Batangnya beruas dan pada setiap ruasnya dikelilingi daun kecil seperti
sisik. Equisetum disebut paku ekor
kuda karena bentuk batangnya seperti ekor kuda. Batangnya yang keras disebabkan
dinding selnya mengandung silika. Sporangium terdapat pada strobilus.
Sporangium menghasilkan satu jenis spora, sehingga Equisetum digolongkan pada tumbuhan paku peralihan. Gametofit Equisetum hanya berukuran beberapa
milimeter tetapi dapat melakukan fotosintesis. Gametofitnya mengandung
anteridium dan arkegonium sehingga merupakan gametofit biseksual.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Equisetopsida
Famili : Equisetaceae
Equisetum
debile
Nama paku ekor kuda merujuk pada segolongan
kecil tumbuhan (sekitar
20 spesies)
yang umumnya terna kecil
dan semua masuk dalam genus Equisetum (dari equus yang berarti
"kuda" dan setum yang berarti "rambut tebal"
dalam bahasa Latin). Anggota-anggotanya dapat
dijumpai di seluruh dunia kecuali Antartika.
Di kawasan Asia Tenggara (Indonesia termasuk
di dalamnya) hanya dijumpai satu spesies alami saja, E.
ramosissimum subsp. debile, yang dikenal sebagai rumput betung dalam bahasa Melayu,
tataropongan dalam bahasa Sunda, dan petongan dalam bahasa Jawa.
Kalangan taksonomi masih memperdebatkan apakah kelompok
ekor kuda merupakan divisio tersendiri, sebagai Equisetophyta (atauSphenophyta),
atau suatu kelas dari Pteridophyta,
sebagai Equisetopsida (atau Sphenopsida). Hasil analisis molekular menunjukkan
kedekatan hubungan dengan Marattiopsida.
Semua anggota paku ekor kuda bersifat tahunan,
terna berukuran kecil (tinggi 0.2-1.5 m), meskipun beberapa anggotanya
(hidup di Amerika Tropik) ada yang bisa tumbuh mencapai 6-8 m (E.
giganteum dan E. myriochaetum).
Batang tumbuhan
ini berwarna hijau, beruas-ruas, berlubang di tengahnya, berperan sebagai
organ fotosintetik menggantikan daun. Batangnya
dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batang ini banyak
mengandung silika. Ada kelompok yang
batangnya bercabang-cabang dalam posisi berkarang dan ada yang bercabang
tunggal. Daun pada
semua anggota tumbuhan ini tidak berkembang baik, hanya menyerupai sisik yang
duduk berkarang menutupi ruas. Spora tersimpan pada struktur berbentuk gada yang
disebut strobilus (jamak strobili) yang terletak pada ujung
batang (apical). Pada banyak spesies (misalnya E. arvense), batang penyangga
strobilus tidak bercabang dan tidak berfotosintesis (tidak berwarna hijau)
serta hanya muncul segera setelah musim salju berakhir. Jenis-jenis lain tidak
memiliki perbedaan ini (batang steril mirip dengan batang pendukung strobilus),
misalnya E. palustre dan E. Debile.
Batang fertil E. arvense dengan strobilus di
ujungnya. Batang ini muncul pada akhir musim salju, sebelum munculnya batang
steril yang fotosintetik (lihat gambar di taxobox).
Spora yang dihasilkan paku ekor kuda umumnya hanya satu macam
(homospor) meskipun spora yang lebih kecil pada E. arvense tumbuh
menjadi protalium jantan.
Spora keluar dari sporangiumyang tersusun pada strobilus. Sporanya berbeda
dengan spora paku-pakuan karena memiliki empat "rambut" yang
disebut elater. Elater berfungsi sebagai pegas untuk membantu pemencaran
spora.
Paku ekor kuda menyukai
tanah yang basah, baik berpasir maupun berlempung, beberapa bahkan tumbuh di
air (batang yang berongga membantu adaptasi pada lingkungan
ini). E.arvense dapat tumbuh menjadi gulma di ladang karena rimpangnya yang
sangat dalam dan menyebar luas di tanah.Herbisida pun
sering tidak berhasil mematikannya. Di Indonesia, rumput betung (E. debile)
digunakan sebagai sikat untuk mencuci dan campuran obat.
Pada masa lalu, kira-kira pada zaman Karbonifer, paku ekor kuda
purba dan kerabatnya (Calamites, dari divisio yang sama, sekarang sudah punah)
mendominasi hutan-hutan di bumi. Beberapa spesies dapat tumbuh sangat besar,
mencapai 30 m, seperti ditunjukkan pada fosil-fosil yang ditemukan pada
deposit batu bara.
Batu bara dianggap sebagai pengerasan sisa-sisa serasah dari hutan purba ini.
4. Paku
Sejati (Pteropsida)
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari. Banyak
ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih besar
dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam yaitu
megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang tumbuh
dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya yang
masih muda menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil.
Contohnya adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan
Asplenium nidus (paku sarang kuda). Paku sejati mencakup jenis tumbuhan paku yang paling
sering kita lihat. Tempat tumbuh paku sejati sebagian besar di darat pada
daerah tropis dan subtropis. Paku sejati diperkirakan berjumlah 12.000 jenis
dari kelas Filicinae. Filicinae memiliki akar, batang, dan daun sejati. Batang
dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun
Filicinae umumnya berukuran besar dan memiliki tulang daun bercabang. Daun
mudanya memiliki ciri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus). Jenis paku
yang termasuk paku sejati yaitu Semanggi (Marsilea
crenata), Paku tanduk rusa (Platycerium
bifurcatum), paku sarang burung (Asplenium
nidus), suplir (Adiantum cuneatum),
Paku sawah (Azolla pinnata), dan
Dicksonia antarctica.
F. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
F. Manfaat Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Banyak orang yang mengangap tumbuhan paku
adalah sebuah tumbuhan atau tanaman pengganggu. Tapi disisi lain tumbuhan paku
juga sangat bermanfaat atau berkhasiat. Apalagi Tumbuhan paku sangat mudah
dicari di alam sekitar kita. Mungkin
manfaat tumbuhan paku masih banyak yang belum tahu. Diantaranya sebagai berikut :
a. Manfaat Tumbuhan Paku Sebagai tanaman hiasan :
·
Platycerium nidus (paku tanduk rusa)
·
Asplenium nidus (paku sarang burung)
·
Adiantum cuneatum (suplir)
·
Selaginella wildenowii (paku rane) b. Sebagai bahan penghasil
obat-obatan :
·
Asipidium filix-mas
·
Dryopteris filix-mas
·
Lycopodium clavatum c. Sebagai tanaman sayuran :
·
Marsilea crenata (semanggi)
·
Salvinia natans (paku sampan = kiambang) d. Sebagai pupuk
hijau dalam pertanian :
·
Azolla pinnata >> bersimbiosis dengan anabaena azollae
(gangang biru) e. Sebagai pelindung
tanaman di persemaian :
·
Gleichenia linearis f. Sebagai sumber bahan baku pembentukan
batu bara :
·
Tumbuhan paku yang sudah mati pada zaman purba.
b. Tumbuhan
paku yang hidup pada zaman karbon telah memfosil, fosil tersebut berupa batu bara yang dapat dijadikan bahan
bakar
c. berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, lycopodium clavatum.
c. berguna untuk obat-obatan, misalnya dyoptoris filix-mas, lycopodium clavatum.
d. Sebagai tanaman sayuran :
l Marsilea crenata (semanggi)
l Salvinia natans (paku sampan
= kiambang)
e. Sebagai
pelindugn tanaman di persemaian :
- Gleichenia linearis
- Gleichenia linearis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Secara
umum, karakteristik tumbuhan paku mempunyai:
Ø Lapisan pelindung sel yang
terdapat di sekeliling organ reproduksi,
Ø Embrio multiseluler yang
terdapat di dalam arkegonium,
Ø Lapisan kutikula pada bagian
luar tubuh,
Ø Sistem transportasi internal
yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral dari dalam tanah,
Ø Struktur tubuh terdiri atas
bagian-bagian akar, batang dan daun,
Ø Akarnya berupa rizoid yang
bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi kaliptra,
Ø Batangnya pada umumnya tidak
tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di dalam tanah berupa rimpang,
menjalar, atau sedikit tegak,
Ø Daunnya yang muda umumnya
melingkar atau menggulung,
2. Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku
dapat diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:
Ø
Paku Purba (Psilopsida)
Ø
Paku Kawat (Lycopsida)
Ø
Paku Ekor Kuda (Sphenopsida)
Paku Sejati (Pteropsida)
Paku Sejati (Pteropsida)
3. Manfaat
dari tumbuhan paku adalah :
Ø Sebagai
tanaman hias
Ø Sebagai
bahan bakar
Ø Sebagai
obat-obatan
Ø Sebagai
tanaman sayuran
Ø Sebagai
pelindugn
tanaman di persemaian
2 komentar:
http://tryevander.blogspot.com/2015/05/jual-bola-basket-ol-dan-cod.html
open ya sobat
Posting Komentar