MAKALAH
EKOLOGI TUMBUHAN
SINEKOLOGI, AUTEKOLOGI, DAN ASPEK TANAH
DI SUSUN OLEH :
BERLIAN NUR (1005015014)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ekologi sangat erat kaitannya dengan lingkungan, makhluk
hidup dan hubungan diantara keduanya. Kelahiran, kematian yang silih berganti
di suatu kehidupan menandakan keberadaan ilmu ekologi. Dimulai dari
pengabsorsian tumbuhan (biotik) dari dalam tanah (abiotik) hingga berubah
menjadi substansi energi, diikuti dengan perpindahan yang terjadi hingga
kembali lagi ke tanah.
Peristiwa-peristiwa alam dan hubungan-hubungan inilah yang
ada didalam kajian ilmu ekologi. Namun, ekologi tidak dapat berdiri tanpa
bantuan dari ilmu-ilmu lainnya seperti biologi, biofisika, biokimia, seperti
ilmu tanah, geologi, geomorfologi, klimatologi ilmu lingkungan, dsb. Kontribusi
ilmu-ilmu lain sangat berperan dalam memahami konsep-konsep ekologi karena
dengan mempelajarinya, seseorang akan lebih mengerti kedudukan ilmu ekologi itu
sendiri.
Di Indonesia konsep ekologi sudah banyak diterapkan, baik
dalam pelestarian sumberdaya alam, perlindungan plasma nutfah, perlindungan
ekosistem mangrove hingga pengendalian
dalam jumlah populasi manusia yakni dengan program keluarga berencana. Melihat
segala potensi yang dapat diraih dengan mendalami ilmu ekologi khususnya
ekologi tumbuhan menandakan begitu pentingnya konsep dasar ekologi untuk
disebarluaskan ke segenap lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, konsep dasar ilmu ekologi dan penerapannya
sangat penting itu untuk dipelajari. Dengan mengaplikasikannya ke dunia nyata,
hal-hal seperti global warming, pembalakan liar yang terjadi di negara ini pun
dapat teratasi jika ada reaksi positif dari masyarakat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Autekologi
2.
Apa yang dimaksud dengan Sinekologi
3.
Jelaskan Aspek tanah
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui Autekologi
2.
Untuk mengetahui Sinekologi
3.
Untuk mengetahui Aspek tanah
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sinekologi (Ekologi komunitas)
Sinekologi yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme
yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah
tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan
rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang
liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan
lain sebagainya.
Sinekologi mempelajari kelompok individu sebagai suatu
komunitas. Pengaruh lingkungan terhadap komposisi dan struktur vegetasi
Morfologi, Anatomi, Histologi, Fisiologi, Genetika.
Sering pula kita dengar istilah lain seperti: ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem. Namun sekarang terdapat kecenderungan untuk meninggalkan pembagian seperti tersebut diatas.
Sering pula kita dengar istilah lain seperti: ekologi jenis, ekologi populasi, ekologi komunitas dan ekologi ekosistem. Namun sekarang terdapat kecenderungan untuk meninggalkan pembagian seperti tersebut diatas.
Sinekologi
berkembangan dari Geografi Tumbuhan, yang mengkaji pada tingkat komunitas.
Sinonim dari Sinekologi adalah Ekologi komunitas, Filososiologi, Geobotani,
Ilmu Vegetasi dan Ekologi Vegetasi. Sinekologi mengkaji komunitas tumbuhan
dalam hal:
1
Sosiologi Tumbuhan, yaitu deskripsi dan pemetaan tipe
vegetasi dan komunitas.
2
Komposisi dan struktur komunitas
3
Pengamatan dinamika komunitas, yang mencakup proses seperti
transfer nutrien dan energi antar anggota, hubungan antagonistis dan simbiotis
antara anggota, dan proses, dan suksesi (perubahan komunitas menurut waktu).
4
Mencoba untuk mendeduksi tema evolusioner yang menentukan
bentuk komunitas secara evolusioner.
Contoh
kajian sinekologi :
Mempelajari
kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi
dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies
tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola
distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di
taman nasional, dan lain sebagainya.
Contoh : struktur dan
komposisi tumbuhan di hutan rawa.
B. Autekologi
(Ekologi Spesies)
Autekologi Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah
adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan
lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi meliputi demekologi (spesiasi),
ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran populasi), ekologi fisiologi
atau ekofisiologi, dan genekologi (genetika). Bagaimana sifat fenologi,
fisiologi, morfologi dan tingkah laku atau genetik dari suatu spesies yang
sukses terus pada suatu habitat. Mereka mencoba menggambarkan bagaimana
pengaruh lingkungan pada tingkat populasi, Organismik dan sub organismik.
Autekologi
dapat bergerak kedalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti
fisiolog).Autekologi mencoba untuk menjelaskan mengapa suatu spesies dapat terdistribusi,
genetika, evolusi, dan biosistemtik. Autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari
suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan
lingkungannya.Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu
spesiesorganisme, perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika
kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya,
maka itu termasuk autekologi. Contoh lain adalah mempelajari kemampuan adaptasi
pohon merbau (Intsiapalembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya.
Autekologi, ekologi yang mempelajari suatu jenis (spesies) organisme yang
berinteraksi dengan lingkunganya. Biasanya ditekankan pada aspek siklus hidup,
adaptasi terhadap lingkungan, sifat parasitis atau non parasitis, dan
lain-lain.
Autekologi, falsafah yang mendasarinya adalah dengan
memandang sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya.
Clements menyatakan bahwa setiap tumbuhan adalah alat pengukur bagi keadaan
lingkungan hidup tempat ia tumbuh. Dalam hal ini paling sedikit yang dimaksud
dengan alam lingkunganya adalah iklim dan tanah. Dari kajian ini lahir bidang
kajian yang menilai bahwa tumbuhan adalah sebagai indikator alam atau indikator
lingkungan hidup. Bidang kajian ini dikenal dengan ekologi fisiologi.
Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh
suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis pohon yang
sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh
suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar
atau marga satwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu
jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat
adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai
kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh
keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan struktur vegetasi, atau terhadap
produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh
berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan
maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya
dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu
sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup
pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan
dalam pengelolaan sumber daya hutan.Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji
masalah adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan
lingkungannya. Sub divisi dari autekolgi meliputi demekologi (spesiasi),
ekologi populasi dan demografi (pengaturan ukuran populasi), ekologi fisiologi
atau ekofisiologi, dan genekologi (genetika).Autekologi mencoba untuk menjelaskan
mengapa suatu spesies dapat terdistribusi. Bagaimana sifat fenologi, fisiologi,
morfologi dan tingkah laku atau genetik dari suatu spesies yang sukses terus
pada suatu habitat. Mereka mencoba menggambarkan bagaimana pengaruh lingkungan
pada tingkat populasi, organismik dan sub organismik. Autekologi dapat bergerak
ke dalam spesialisasi lain di luar ekologi, seperti fisiologi, genetika,
evolusi dan biosistematik.
Contoh
kajian autekologi :
·
Mempelajari pertumbuhan jenis shorea leprosula dengan pengaruh intensitas cahaya.
·
Mempelajari pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan jenis Pinus merkusi
·
Selain itu mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme,
perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Misalnya mempelajari hubungan
antara pohon Pinus merkusii dengan lingkungannya.
·
mempelajari kemampuan adaptasi pohon merbau (Intsia
palembanica) di padang alang-alang, dan lain sebagainya
Contoh : interaksi pohon
pinus terhadap lingkungannya.
Manusia memandang alam dari sudut pandang manusia, yaitu
antroposentrik. Manusia menganggap alam diciptakan untuk kepentingan dirinya.
Secara implisit bahwa sudah sejak lama telah dibutuhkan bangun alam agar
tercipta lingkungan yang sesuai dengan kehidupan manusia. Ilmu dan tekhnologi
diciptakan untuk menguasai alam. Dengan pandangan antroposentrik yang disertai
dengan keinginan taraf hidup yang makin tinggi dan perkembangan ilmu dan
teknologi yang amat pesat, eksploitasi lingkungan semakin meningkat.
Kecenderungan peningkatan itu ditambah pula oleh anggapan adanya sumber daya
umum yang dimiliki bersama atau boleh dikatakan tidak ada yang memiliki. Oleh
karena itu perlunya mempelajari ilmu lingkungan hidup agar dapat menempatkan
diri sesuai dengan porsinya di dalam lingkungan yang harus kita jaga.
Perbedaan antara sinekologi dan autelkologi
Autekologi
|
Sinekologi
|
-
Bersifat filosofis
-
Deduktif
-
Deskriptif
-
Sulit dengan pendekatan rancangan percobaan atau eksperimental design
|
-
Bersifat Eksperimental
-
Induktif
-
Kuantitatif
-
Dapat dilakukan berdasarkan rancangan percobaan atau eksperimental
design
|
C. Aspek Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah
bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat
vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak. Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting
sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi.
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi
yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.Ilmu tanah adalah
pengkajian terhadap tanah
sebagai sumber daya
alam. Dalam ilmu ini dipelajari berbagai aspek tentang tanah,
seperti pembentukan, klasifikasi, pemetaan, berbagai karakteristik fisik,
kimiawi, biologis, kesuburannya, sekaligus mengenai pemanfaatan dan
pengelolaannya. Tanah adalah lapisan yang menyeliputi bumi antara litosfer (batuan yang
membentuk kerak bumi)
dan atmosfer. Tanah menjadi
tempat tumbuh tumbuhan
dan mendukung kehidupan hewan
dan manusia.
1. Pembentukan Tanah
Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan,
baik pelapukan fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan
akan menjadi lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk
belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk. Proses
pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi
tanah. Proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah. Sehingga faktor
yang mendorong pelapukan juga berperan dalam pembentukan tanah.
Curah
hujan dan sinar matahari berperan penting dalam proses pelapukan fisik, kedua
faktor tersebut merupakan komponen iklim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
salah satu faktor pembentuk tanah adalah iklim. Hanya kedua faktor itukah yang
memengaruhi pembentukan tanah? Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses
pembentukan tanah, yaitu organisme,
bahan induk, topografi, dan waktu.
a.
Iklim
Unsur-unsur
iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur suhu
dan curah hujan.
1) Suhu/Temperatur
Suhu
akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila fluktuasi suhu
tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah
juga cepat.
2) Curah Hujan
Curah
hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
b.
Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme
sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
1)
Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan
tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses kimia seperti batu
kapur yang larut oleh air.
2)
Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan menyisakan
daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah. Daun dan
ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad renik/mikroorganisme yang ada di
dalam tanah.
3)
Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di
daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat
membentuk tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk
tanah berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari
akar-akar dan sisa-sisa rumput.
4)
Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap
sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-unsur kimia
seperti Ca, Mg, dan K
yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara, derajat keasamannya
lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati.
c.
Bahan Induk
Bahan
induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan
batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
Tanah
yang terdapat di permukaan Bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat
kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat
pada tanah baru, misalnya tanah bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang
kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan
memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi di atasnya. Bahan induk
yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang
banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat dihindari dan sebagian lagi
dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang kandungan
kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
d.
Topografi/Relief
Keadaan
relief suatu daerah akan memengaruhi:
1) Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Gambar Tanah pada
pegunungan kapur.
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan
tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan
tanahnya tebal karena terjadi sedimentasi.
2) Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah
yang drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi
asam.
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi
semakin tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena
proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh masih tampaknya pencampuran antara
bahan organik dan bahan mineral atau masih tampaknya struktur bahan induknya.
Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol, dan litosol. Tanah dewasa
ditandai oleh proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah
menjadi tanah dewasa, yaitu dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah
dewasa adalah andosol, latosol, dan grumusol. Tanah tua proses pembentukan
tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang
nyata pada perlapisan tanah. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah
podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah
berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik
memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda dan 1.000–10.000 tahun
untuk membentuk tanah dewasa. Dengan melihat perbedaan sifat faktor-faktor
pembentuk tanah tersebut, pada suatu tempat tentunya akan menghasilkan ciri dan
jenis tanah yang berbeda-beda pula. Sifat dan jenis tanah sangat tergantung
pada sifat-sifat faktor pembentukan tanah. Kepulauan Indonesia mempunyai
berbagai tipe kondisi alam yang menyebabkan adanya perbedaan sifat dan jenis
tanah di berbagai wilayah, akibatnya tingkat kesuburan tanah di Indonesia juga
berbeda-beda.
2. Klasifikasi Tanah
Jenis tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan
jenis tanah
mempengaruhi sifat-sifat dari tanah
tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah
, diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah
secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang
berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah
maka sistem klasifikasi tanah
dibagi menjadiKlasifikasi tanah dapat dibedakan menjadi :
a. klasifikasi alami dan
b. klasifikasi teknis.
|
|
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah
yang didasarkan atas sifat tanah
yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya.
Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan
mineralogi tanah
yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar
pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
|
Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanah
yang didasarkan atas sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam
tanaman semusim, tanah
diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah
yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk
mempelajari jenis tanah
maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada
awalnya jenis tanah dikalsifikasikan berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
·
Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa
iklim dan vegetasi,
·
Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah
berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
·
Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan
profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis tanah diklasifikasikan
berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini pertama kali dikembangkan
oleh USDA (United State Departement of Agriculture) pada tahun 1960 yang
dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975 dikenal dengan nama
taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan karakteristik tanah yang
teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses genesis. Berdasarkan ada
tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya maka dalam taksonomi tanah
dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family
dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah.
Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols,
Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam
Vertisols.
3. Karakteris Tanah
Karakteristik tanah ataupun sifat tanah
berbeda-beda antara jenis tanah subur dan juga kurang subur atau memiliki unsur
hara sedikit. Tanah yang kaya akan unsur hara sangat baik untuk tanaman,
sedangkan tanah tandus yang kurang subur biasanya hanya sesuai untuk jenis
tanaman tertentu misalnya pohon jati. Sifat tanah yang memiliki kesuburan
tinggi biastikanya tanahnya coklat kehitaman dengan tekstur gembur. Tanah jenis
ini sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun tidak sedikit juga tanah yang kurang
subur seperti tanah dengan kadar batu kapur tinggi masih dapat dipakai untuk
bercocok tanam.
4. Tekstur dan Struktur
Tanah
a. Tekstur Tanah
Tekstur tanah merupakan gambaran tingkat kekasartan atau
kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.Tekstur tanah di tentikan oleh
proporsi tiga jenis partikel tanah,yaitu pasir,debu/endapan lumpur,dan
lempung/liat.pembagian ini berdasarklan ukuran partikel ketiga jenis tanah
tersebut.Pasir memiliki ukuran partikel paling besar sedangkan lempung memiliki
ukuran partikel paling kecil.
Tekstur tanah sangat menentukan kualitas tanah terutama dalam
dalam hal kemampuannya menahan air.tekstur tanah merupakan gambaran tinkat
kekasaran atau kehalusan bahan mineral yang menyusun tanah.disini tekstur tanah
ditentukan 3 jenis partikel tanah yaitu,pasir,debu/endapan lumpur,dan
lempung/liat.disini dijelaskan pula bahwa tanah yang mengandung banyak lempung
dianggap memiliki tingkat kesuburan yang tinggi.
b. Struktur tanah
Struktur tanah terbentuk melalui Agregasi berbagai partikel
tanah yang menghasilkan bentuk/susunan tertentu pada tanah.Struktur tanah juga
menentukan ukuran dan jumlah rongga antar partikel tanah yang mempengaruhi
pergerakan air,udara,akar tumbuhan,dan organisme tanah.Beberapa jenis struktur
tanah adalah remah,butir(granular), lempeng, balok,prismatik,dan tiang. Pembagian
jenis tanah yang dilakukan oleh para ilmuan ada berbagai macam.Berikut ini
adalah beberapa jenis tanah berdasarkan USDA(United States Department of
Agriculture) :
1)
Alfisols. Tanah yang mempunyai
epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi.
Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah
ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.
2)
Andisols. Merupakan jenis tanah yang
ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan
tanah ini adalah tanah andosol.
3)
Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida
atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4)
Entisols. Tanah yang belum
menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda.
Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn
tanah glei humus rendah
5)
Gelisols. Merupakan jenis tanah yang
memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia
6)
Histosols. Tanah yang mengandung
bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan.
Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.
7)
Inceptisols. Merupakan jenis tanah di
wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan
adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen
dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik
rendah.
8)
Mollisols. Tanah yang mempunyai warna
kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.
9)
Oxisols.Tanah yang memiliki horizon
oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.
10)
Spodosols. Tanah yang memiliki
horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan
jenis tanah ini adalah podsolik.
11)
Ultisols. Tanah yang memiliki
horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (< 35%) yang menurun sesuai
dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang lanjut dibentangan lahan
yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah- kuning.
12)
Vertisols. Tanah lempung yang dapat
mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan
dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol.
Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah
akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk
yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut.
1.
Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
2.
Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim
kering.
3.
Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim
kering.
4.
Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B
pada daerah iklim basah.
5.
Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon
B pada daerah iklim basah.
6.
Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
7.
Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Sinekologi yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme
yang tergabung dalam satu kesatuan dan saling berinteraksi dalam daerah
tertentu.
2.
Autekologi Bagian dari ekologi tumbuhan yang mengkaji masalah
adaptasi dan tingkah laku spesies atau populasi dalam kaitannya dengan
lingkunganny
3.
Aspek tentang tanah, seperti pembentukan, klasifikasi,
pemetaan, berbagai karakteristik fisik, kimiawi, biologis, kesuburannya,
sekaligus mengenai pemanfaatan dan pengelolaannya.